Kamis, 24 September 2015

ANALISIS TATA NIAGA IKAN KAKAP (Lutjanus capprchanus) di Desa Tanjung Tiram, Kec. Tanjung Tiram, Kab. Batubara



BAB I
PENDAHULUAN




1.1  Latar Belakang


Ditinjau secara geografis Nusantara/Indonesia berada di antara 2 Benua (Benua Asia dan Benua Australia) dan 2 Samudera (Samudera Hindia/Lautan Indonesia dan Samudera Pasifik/Lautan Teduh). Dengan posisi seperti ini secara sosial-ekonomi dan geopolitis kawasan Nusantara/Indonesia terletak pada silang dunia yang cukup strategis. Di samping itu dalam posisi geografis seperti ini secara biogeografis Nusantara/Indonesia mempunyai kekhasan dan keunikan tersendiri dalam segi alamnya, di mana kawasannya yang sangat kaya akan flora dan faunanya disebut sebagai kawasan megadiversity, atau kawasan dengan keanekaraman hayati yang amat besar (Anonimous, 2012).

Sumatera Utara dibatasi oleh Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindi di sebelah Barat, namun kemampuan potensi laut atau perikanan di Sumatera Utara masih dibawah potensinya. Pertahun tercatat bahwa rata-rata produksi perikanan Sumatera Utara hanya mencapai 917.000 ton, atau 10.37% dari potensi yang ada. Hal ini tergambar dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto Regional Sumatera Utara dari sektor perikanan melonjak dari thun ke tahun. Pada tahun 2002, pertumbuhan sektor ini masih mencapai 2.2%, sedangkan perkembangan infrastruktur dan saranan pendukung telah mencatat lonjakan pertumbuhan mencapai 19% pada tahun 2005, dan kuartal pertama 2006 tercatat tumbuh 7%. Pada tahun 2006, Sumatera Utara berhasil menghasilkan produksi perikanan senilai 3.7 trilyun rupiah. Kondisi ini menunjukkan masih berpotensinya Sumatera Utara untuk dikembangkan lebih lagi perikanannya, mengingat produksi masih dibawah potensial (Rizka, 2008).

Ikan kakap di Indonesia sangat banyak. Namun, dari sekian banyak ikan kakap itu, ada tiga suku yang dikenal, yaitu Lutjanidae, Labotidae, dan centropomidae. Ternyata, ketiga suku kakap tersebut hanya hidup dan berkembang biak dialut, suku Labotidae hanya hidup dilaut dan perairan payau, sedangkan suku Centropomidae habitatnya sangat luas, yaitu di laut, payau, dan air tawar. Ikan kakap Centropomidae-lah yang dapat dibudidayakan saat ini, salah satunya adalah Lates Calcarifer. Ikan kakap dari suku Labotidae, seperti Labotes Surinamensis, walaupun hidup di perairan payau dan tambak, namun belum diusahaan secara komersial (budidaya). Ikan ini lebih dikenal sebagai ikan liar di dalam tambak (Said, 2005).

Sistem pemasaran hasil perikanan Indonesia bersifat tradisional karena usaha pembaharuannya belum lagi dilakukan secara baik pada setiap rantai pemasaran. Dengan demikain perluasan daerah kegiatan pemasaran belum efisien yang menyebabkan biaya pemasaran menjadi tinggi. Nelayan memperoleh nafkah dari penjualan hasil tangkapannya. Menjual sendiri hasil tangkapan ke pasar yang jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka (Direktoral Jendral Perikanan, 2000).

Tiga macam cara distribusi komoditi hingga sampai ke tangan konsumen, yaitu penyaluran langsung, yaitu produsen langsung menjual produk ke konsumen. Ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan. Kemudian semi langsung, yaitu pengusaha/produsen menyalurkan hasil produksi ke tangan pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan disalurkan ke konsumen. Ada juga penyaluran tidak langsung, yaitu dipengaruhi jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit tata niaga yang harus dilalui (Rahardi, 2001).

Tantangan yang dihadapi nelayan dan petani ikan skala kecil masih dicirikan dengan masalah-masalah sosial ekonomi seperti tingginya biaya produksi, tidak meratanya kepemilikan, rendahnya nilai investasi, lemahnya kelembagaan nelayan, konflik dengan usaha perikanan padat modal dan ketidaksempurnaan pasar (market iperfection) (Malik, 1998).

 Rantai pemasaran ikan Kakap diakhiri pada konsumen yang membeli dari pengelolah yang menghasilkan beberapa produk olahan berupa makanan. Konsumen biasanya membeli dengan datang langsung ke tempat pengelolah dan tidak terjadi trasaksi antara pengelolah dengan kinsumen tersebut. Konsumen datang untuk membeli bahan olahan makanan ikan Kakap dan langsung membayarnya. Membeli produk olahan makanan ikan Kakap biasanya konsumen memperhatikan pelayanan dan servis dari pekerja yang ada di tempat tersebut serta kebersihannya. Kepuasan konsumen sangat diperhatikan oleh pengolah karena akan mendatangkan keuntungan yang lebih serta kepercayaan dari konsumen sehingga nantinya konsumen tersebut akan kembali lagi untuk membeli produk tersebut (Anonimous, 2010).

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Mempelajari jenis / macam mata rantai tataniaga Ikan Kakap
b.    Mempelajari / menganalisis biaya dan margin tataniaga Ikan Kakap
c.    Menganalisis efisiensi sistem tataniaga Ikan Kakap
d.   Menganalisis langkah kebijaksanaan, mendukung kenaikan produksi serta pendapatan nelayan dan perbaikan tataniaga Ikan Kakap

1.3 Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan Laporan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Sebagai tugas akhir praktikum mata kuliah Tataniaga Pertanian Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
b.    Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya yang terlibat dalam bidang pertanian dalam mengatasi permasalahan tata niaga Ikan Kakap yang ada.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA




2.1 Tataniaga Pertanian Sebagai Disiplin Ilmu

Pada dasarnya keseluruhan aktivitas ekonomi dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu:
a.       Aktivitas Produksi
b.      Aktivitas Konsumsi
c.       Aktivitas Distribusi
Sektor
Konsumsi





Bagan 1. Aktivitas Ekonomi
Disektor produksi, barang-barang dan jasa dihasilkan. Di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua sektor sangat relatif. Ada yang jauh dan ada yang dekat. Umumnya jarak fisik produksi dan konsumsi hasil pertanian/usahatani relatif cukup jauh, karena usahatani berada dipelosok desa yang membutuhkan areal yang cukup luas. Sebaliknya barang-barang industri justru diproduksi didekat-dekat kota besar. Termasuk sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida,alat-alat dan mesin pertanian. Oleh sebab itu jarak ini harus “dijembatani” agar barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen memenuhi azas yaitu tempat, jumlah, waktu, mutu, jenis dan pada tingkat harga yang layak dibayar konsumen. Sektor distribusilah yang merupakan “jembatan” penghubung tersebut. Sektor inilah yang “bertanggung jawab” memindahkan, mengalokasikan, mendayagunakan, menganekaragamkan barang-barang yang dihasilkan disektor produksi. Dan disektor inilah tataniaga berperan (Luhut, 2010).
Secara khusus, Pemasaran dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda, yang menambah nilai produk bergerak melalui sistem tersebut. Jejak penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir disebut saluran pemasaran. Jenis dan kerumitan saluran pemasaran berbeda-beda sesuai dengan komoditinya. Pasar kaki lima merupakan saluran pemasaran yang paling sederhana, dari produsen langsung ke konsumen. Tetapi, kebanyakan produk diproses lebih lanjut pada tingkat saluran pemasaran yang berbeda dan melalui banyak perusahaan sebelum mencapai konsumen akhir (David dan Steven, 1988).

Tata niaga atau marketing itu meliputi kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, diantaranya: kegiatan pembelian (buying), kegiatan menjual (selling), kegiatan pembungkusan (packing), kegiatan pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain sebagainya. Atau dengan lebih singkat tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Jadi, marketing ini merupakan sesuatu kegiatan moving process atau moving activities (Luhut, 2010).

Untuk mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, pembangunan sistem agribisnisnke depan (di samping mengembangkan berbagai komoditas yang memiliki keunggulan komparatif) perlu di dorong untuk mempercepat pendalaman (deepening) struktur industry, balik ke hilir (down stream) maupun ke hulu (up stream). Pengembangan agribisnis mengimplikasikan perubahan kebijakan di sector pertanian. Pertama, produksi sector pertanian harus lebih beorientasi kepada permintaan pasar, tidak saja pada domestic tetapi juga pada pasar internasional. Kedua, pola pertanian harus mengalami transformasi dari sistem pertanian subsistem yang berskala kecil dan pemenuhan kebutuhan keluarga keusaha tani dalam skala yang lebih ekonomis. Hal ini merupakan keharusan, jika produk pertanian harus dijual ke pasar dan jika sector pertanian harus menyediakan bahan baku bagi sector industry (Siswono,dkk, 2002).

2.2 Klasifikasi Ikan Kakap
Menurut Said (2005), ikan kakap di Indonesia sangat banyak. Namun, dari sekian banyak ikan kakap itu, ada tiga suku yang dikenal, yaitu Lutjanidae, Labotidae, dan centropomidae. Ternyata, ketiga suku kakap tersebut hanya hidup dan berkembang biak dialut, suku Labotidae hanya hidup dilaut dan perairan payau, sedangkan suku Centropomidae habitatnya sangat luas, yaitu di laut, payau, dan air tawar. Ikan kakap Centropomidae-lah yang dapat dibudidayakan saat ini, salah satunya adalah Lates Calcarifer. Ikan kakap dari suku Labotidae, seperti Labotes Surinamensis, walaupun hidup di perairan payau dan tambak, namun belum diusahaan secara komersial (budidaya). Ikan ini lebih dikenal sebagai ikan liar di dalam tambak. Untuk lebih jelasnya, berikut klasifikasi ketiga suku dari kakap tersebut, yaitu:
1)      Kakap laut
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Percomorphi
Famili              : Lutjanidae
Genus              : Lutjanus
Spesies            :Lutjanus Argentimaculatus, L.Johnii, L      Erythoptersus, L. Fulviflamma, L. Biguttatus, L. Decussatus, L Quinquelineatus
2)      Kakap laut- Payau
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Percomorphi
Famili              : Labotidae
Genus              : Labotes
Spesies            : Labotes Surinamensis
3)      Kakap laut-payau-tawar
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Percomorphi
Famili              : Centropomidae
Genus              : Lates
Spesies            : Lates Cacarifer
2.3 Manfaat Ikan Kakap
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), secara umum manfaat ikan bagi tubuh manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu diantaranya:
1.      Menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari
2.      Membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
3.      Mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh.

Ikan Kakap merupakan salah satu ikan yang banyak digemari masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus ikan kakap yang telah ditangkap. Proses penanganan dan pengolahan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai akan menjadi sia-sia, karena tidak semua produk-produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Penanganan dan pengolahan bertujuan mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab penurunan mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme, atau oksidasi oksigen), agar ikan baik sampai ketangan konsumen.

Pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mugkin dengan tujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan. Ikan segar atau ikan basah adalah ikan yang belum atau tidak diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es. Penanganan ikan segar ini dilakukan sejak ikan ditangkap sampai saat diterima oleh pemakainya konsumen . Ikan yang belum diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es masih digolongkan kepada ikan segar atau ikan basah. Penanganan ikan segar ini dilakukan sejak ikan ditangkap sampai saat diterima konsumen (Effendi, 2009).





BAB III
RUANG LINGKUP DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Praktek Umum ini dilakukan  pada bulan Juni 2014, bertempat di Desa Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara .

3.2. Bahan dan Alat Analisis
Adapun alat analisis yang digunakan yakni alat tulis dan daftar kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder dan data primer  yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para responden. Camera  digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari Praktek Umum yang telah dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh, selain itu ada pula  analisis margin pemasaran, yang terdiri dari biaya pemasaran, margin keuntungan, dan nisbah margin keuntungan yaitu sebagai berikut:
Mji = Psi-Pbi

 


i = Mji – bti

Mji = bti + i

Atau


Mji = Mji, atau Pr – Pf

 Total margin pemasarannya yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
Mji       : Margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi       : harga jual kembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi       : Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti        : Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
i           : Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Mj        : Total / Margin pemasaran
Pr         : harga pada tingkat konsumen
Pf        : harga pada tingkat produsen (petani)

Untuk analisis nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Nisbah margin  keuntungan = i/bti

 


Dengan menggunakan model penduga regresi linear sederhana (OLS Methods):
P = bo + b1 +c, maka
Sehingga hubungan harga pada tingkat petani (Pf) dan harga pada tingkat eksportir (Pr), seperti halnya persamaan:
Pf = a + b Pr

Dari persamaan tersebut, akan didapatkan koefisien korelasi antara Pf dan Pr. koefisien korelasi (r) antara Pf dan Pr dapat diduga dengan mengggunakan formula :        
Keterangan:
Xi        : harga ditingkat petani
Yi        : harga ditingkat konsumen
Koefisien korelasi yang tinggi merupakan indicator keeratan hubungan kerja kedua tingkat dasar (kedua pasar terintegrasi sempurna). Sebaliknya koefisien korelasi yang rendah atau mendekati nol menunjukkan hubungan pasar tidak terintegrasi. Elastisitas tranmisi harga, merupakan persentase perubahan harga ditingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga ditingkat konsumen akhir akhir. Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk menggambarkan respons harga Gambir ditingkat petani produsen karena perubahan harga ditingkat eksportir melalui informasi harga. Untuk menghitung elastisitas transmisi harga digunakan formula:
Keterangan :
Nj        : elastisitas transmisi harga
b          : Koefisien regresi
Pf        : harga ditingkat petani
Pr         : harga ditingkat eksportir/ Konsumen akhir
Perhitungan Efisiensi Tata Niaga (ε) dapat dirumuskan :
Dimana:
γ          : Keuntungan lembaga tata niaga
γp        : Keuntungan petani produsen
β          : Ongkos lembaga tata niaga
βp        : ongkos produksi yang dikeluarkan petani

3.3 Metode Praktek
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Survei tentang Ikan Kakap, mulai dari farm gate (petani) sampai ke konsumen akhir dan dengan menggunakan pendekatan “apa yang terjadi” (what happens scholl). Praktek Umum ini menggunakan metode survei, dimana dilakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan saluran tataniaga Ikan Kakap. Pengumpulan data primer dilakukan melalui  wawancara dengan para responden dari kalangan pengguna potensi perikanan dan kelautan terutama nelayan, pedagang pengumpul setempat dan konsumen di daerah penelitian. Akan tetapi, wawancara juga dilakukan kepada konsumen di luar daerah penelitian.

3.4 Definisi dari istilah-istilah yang digunakan
Definisi-definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.        Biaya pemasaran adalah semua Biaya (cost) dan ongkos yang digunakan untuk menyampaian barang dari produsen hingga ke tangan konsumen akhir
2.        Biaya tataniaga adalah semua ongkos yang dikeluarkan secara langsung dalam pemberian jasa kegiatan tataniaga seperti handling, packing, transport, greading, storing dan lain-lain
3.        Marketing Margin adalah perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
4.        Retailer margin adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan oleh pengecer
5.        Profit margin adalah besarnya keuntungan/ balas jasa yang diterima oleh setiap maddleman atau lembaga tataniaga
6.        Marketing Loss adalah Bagian yang hilang pada saat proses pengolahan.
7.        Margin adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen, Perbedaan ini biasa pula dinamakan “price spread”
8.        Nisbah margin keuntungan adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil transaksi jual-beli antara lembaga-lembaga pemasaran
9.        Net Profit Margin adalah nilai tambahan yang dibebankan oleh pedagang perantara diatas harga yang dibayar customer ditambah biaya tataniaga, biaya modal yang dipinjam serta resiko yang terjadi dalam usahanya
10.    Margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-I (Mji) adalah besar kecilnya keuntungan yang didapat oleh lembaga pemasaran pertama
11.    Harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-I (Psi) adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran tingkat pertama
12.    Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-I (Pbi) adalah harga yang ditawarkan oleh lembaga pemasaran tingkat pertama
13.    Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-I (bti) adalah semua ongkos/ korbanan yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran tingkat pertama
14.    Elastisitas transmisi harga (Nj) adalah perubahan harga ditingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga ditingkat konsumen akhir
15.    Koefisien regresi (b) berfungsi untuk membentuk suatu persamaan terhadap suatu masalah
16.    Total margin pemasaran (Mj) adalah keseluruhan perbedaan harga yang diterima oleh produsen (petani) dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
17.    Harga pada tingkat konsumen (Pr) adalah harga yang dikenakan terhadap berbagai jenis barang ataupun jasa untuk dikonsumsi
18.    Harga pada tingkat produsen (petani) (Pf) adalah harga jual yang diterima terhadap berbagai jenis produk
19.    Harga pada tingkat eksportir (Pr) adalah harga yang diterima oleh eksportir sebagai lembaga pemasaran
20.    Keuntungan lembaga tata niaga (γ) adalah harga jual suatu produk dikurangi dengan ongkos-ongkos yang dikeluarkan dalam menyampaikan produk
21.    Ongkos produksi yang dikeluarkan petani (βp) adalah semua korbanan yang dikeluarkan oleh petani dalam memproduksi suatu barang ataupun jasa
22.    Resiko panen adalah Panen tidak selalu sesuai dengan harapan. Bilamana hasilnya dijauh lebih kecil daripada perhitungan petani, maka jumlah yang ditentukan dalam transaksi tidak dapat direalisir.

3.5 Area Atau Lokasi Serta Saluran (Channel)
Tanjung Tiram adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Batu Bara, yang sebagian besar wilayahnya ini berada di pingiran laut, dan karena  itu nelayan menjadi mata pencarian utama, disamping pertanian dan perkebunan.  Wilayah  ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM".  Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini (Wikipedia, 2012).

Tempat penelitian ini tepatnya di desa tanjung Tiram. Lokasi desa ini terletak kurang lebih 8 km dari Kabupaten Batubara. Jarak yang ditempuh untuk mencapai tempat penelitian cukup dekat. Setelah sampai di Tempat Pelelangan Ikan, dilanjutkan dengan sampan menuju  tambak ikan.

Saluran (channel) pemasaran Ikan Kakap di desa ini, nelayan membawa hasil tangkapan/tambak ikan kepada pedagang pengumpul atau menuju tempat pelelangan ikan. Kemudian hasilnya tersebut dijual ke pedagang besar lalu pedagang besarnya menjual ke pedagang pengecer hingga akhirnya ke konsumen akhir. Namun, bagi sebagian nelayan ada juga yang menjual hasilnya di pasar dekat dengan pemukiman warga.  Selain itu, ada juga pedagang pengumpul yang melakukan ekspor setelah di sortir di gudang.




































BAB IV
DESKRIPSI DAERAH, PELAKU DAN MATA RANTAI PEMASARAN




Batubara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang menghasilkan komoditi perkebunan dan laut terbesar. Sebagai daerah penghasil komoditi laut, daerah ini mempunyai hasil laut yang beragam. Produksi terbesar dihasilkan oleh Kecamatan Tanjung Tiram yaitu sebesar 10.866 ton disusul Medang Deras dengan produksi sebesar 7.111 ton Adapun ikan yang menjadi hasil utama di kabupaten ini antara lain ikan, teri, udang, dan kerang. Untuk ikan kakap, merupakan komoditi laut yang jarang di budidayakan oleh masyarakat. Ikan Kakap merupakan ikan liar yang hidup bebas di laut, jadi mempunyai kesulitan dalam budidayanya. Ikan tersebut diperoleh dengan cara memancing di laut atau air payau. Ada 3 jenis Ikan kakap yang diperoleh yakni ikan kakap putih, kakap merah dan kakap hitam (Bapedda Batubara, 2012).

Pelaku Tata Niaga
Nelayan
Nelayan ikan kakap di desa Tanjung Tiram tidaklah terlalu banyak. Nelayan yang membudidayakannya pun jarang bahkan hampir tidak ada. Nelayan yang menjadi responden adalah X (42), merupakan salah satu nelayan ikan kakap yang tinggal menetap di desa Tanjung Tiram dan  pekerjaan tersebut menjadi profesi utamanya. Adapun nelayan ikan kakap adalah mereka yang sekaligus mencari ikan lain untuk dijual. Tempat nelayan untuk memancing adalah pulau- pulau terdekat seperti Pulau Berhala, Pulau Pandan dan sekitar Pulau Salahnama. Pada pagi hari, sekitar 20 orang nelayan pergi melaut dimana mereka telah menyewa kapal motor dengan biaya Rp 2.000.000/hari. Adapun umpan yang digunakan adalah cumi-cumi. Pada sore hari, setelah mereka tiba di tempat penginapan, maka kapal akan di berhentikan disana. Selama 4 hari mereka mencari ikan untuk bisa dijual kepada pedagang pengumpul. Hasil yang diperoleh selama 4 hari dimasukkan kedalam fiber yang telah ditaruh es balok. Hasil ini dibagikan secara merata kepada 20 orang yang ikut mencari ikan. Jadi, resiko yang timbul baik hasil yang sedikit, bahkan  tidak ada ditanggung bersama.

Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengumpul yang kami wawancarai di Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara adalah Bapak Y(44) yang bertempat tinggal di Jl. Rakyat dekat dengan gudang tempat ia bekerja. Beliau berprofesi sebagai pedagang pengumpul ikan sejak 5 tahun terakhir.  Sebagai pedagang pengumpul Beliau membeli berbagai ikan dari nelayan. Adapun gudang yang ia gunakan adalah milik pribadi yang langsung terhubung dengan laut. Jadi, setelah nelayan menjual hasil tangkapan, beliau dan para tenaga kerja melakukan sortasi dan packing. Bapak Husin membeli ikan kakap dari nelayan dengan harga Rp. 32.000 per kg dan menjualnya seharga Rp 37.000/kg

Pedagang Besar
Pedagang besar bernama Bapak Z yang berumur 41 tahun, memiliki jumlah tanggungan sebanyak seorang istri dan 3 anak. Pedagang tinggal di Jl. Rakyat Desa Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. Pedagang besar memperoleh ikan kakap dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 37.000 per kg.





Pedagang Eceran
Pegadang eceran yang menjadi responden dalam analisis tataniaga ikan kakap adalah Bapak A yang berumur 45 tahun, tinggal di Jl. Nelayan, memiliki jumlah tanggungan sebanyak seorang istri dan 3 anak. Pedagang eceran ini membeli ikan kakap dari Pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengecer melakukan penyortiran sesuai kualitas ikan kakap dan dijual dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari Rp 44.000 sampai Rp 88.000/kg tergantung jenisnya. Dalam melakukan kegiatan tataniaga, Pedagang eceran menjual langsung kepada konsumen di pasar dekat Desa Tanjung Tiram. Dia melakukan penjualan pada pagi hari dan sore hari tergantung kepada stok ikan yang tersedia. Selain menjual ikan kakap, pedagang tersebut juga menjual hasil laut yang lain seperti ikan tongkol, ikan gembung, cumi-cumi dan lainnya.

Rantai Pemasaran
Secara garis besar, ada 4 (empat) rantai pemasaran (channel of marketing) ikan kakap dari Desa Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara yaitu dari nelayan ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul disalurkan ke pedagang besar dan dari pedagang besar disalurkan ke pedagang pengecer lalu sampai ke tangan konsumen. Tampilan bagan rantai pemasaran nilam di desa Tanjung Tiram dapat dilihat dari bagan berikut. Setelah melaksanakan penelitian, maka dapat digambarkan rantai pemasaran komoditi ikan kakap bagan 2 di bawah ini :


1.NELAYAN

2.PEDAGANG PENGUMPUL
3.PEDAGANG PENGECER
4.KONSUMEN




Rantai Pemasaran Ikan Kakap













BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN




5.1. Hasil
5.1.1. Analisis Price Spreads Ikan Kakap
Tabel 5.1 Price Spreads
No
PETANI PRODUSEN
Rp/kg
Share %
I
a.       Harga Jual Nelayan
32.000
72.72

b.      Total Biaya
5.000
11.36

                   Umpan Pancing
1.000
2.27

                   Sewa Kapal
4.000
9.09

c.       Margin Keuntungan
27.000
61.36

d.      Nisbah Margin Keuntungan
5,4
II
PEDAGANG PENGUMPUL



a.       Harga Beli Pedagang Pengumpul
32.000
72.72

b.      Harga Jual Pedagang Pengumpul
37.000
84.09

c.       Total Biaya
1730
3.93

                   Es balok
500
1.19

                   Transportasi
500
1.19

                   Penyusutan Fiber
30
0.07

 Tenaga Kerja
300
0.68

Bongkar Muat
400
0.99

d.      Margin Keuntungan
3270
7.43

e.       Nisbah Margin Keuntungan
1.89
III
PEDAGANG BESAR



a.       Harga Beli Pedagang Besar
37.000
84.09

b.      Harga Jual Padagang Besar
42.000
95.45

c.   Total Biaya
1330
3.02

Penyusutan Fiber
30
0.06

Es Batangan
500
1.13

Transportasi
250
0.56

Tenaga Kerja
150
0.34

Bongkar Muat                       
400
0.90

d.  Margin Keuntungan
3670
8.34

e.  Nisbah Marjin Keuntungan
2.76
IV
PEDAGANG PENGECER



a.  Harga Beli Pedagang Pengecer
42.000
95.45

b.  Harga Jual Pedagang Pengecer
44.000


c.  Total Biaya:
787
17.88

Plastik
400
0.90

Penyusutan Ember
365
0.82

Penyusutan Timbangan
22
0.05

d.  Margin Keuntungan
1.213
2.75

e.       Nisbah Margin Keuntungan
1.54
V.
KONSUMEN



Harga Jual ke konsumen akhir
44.000


5.1.2 Profit Margin Setiap Tingkat
Tabel 5.2 Profit Margin
Tingkat
Profit Margin
%
I
3.270
7,43
II
3.670
8,34
III
1.213
2,75
Total
8.153
18,52

5.1.3 Total Biaya Setiap Tingkat
Tabel 5.3 Total Biaya Setiap Tingkat
Tingkat
TK
Transport
Bongkar Muat
Penyusutan
Es
Balok
Plastik
Total
Fiber
Timbangan
Ember
I
300
500
400
30
-
-
500
-
1.730
II
150
250
400
30
-
-
500
-
1.330
III
-
-
-
-
22
365
-
400
787
total
450
750
800
60
22
365
1.000
400
3.847

5.1.4 Total Ongkos Dari Produsen Ke Konsumen
Tabel 5.4 Total Ongkos Dari Produsen ke Konsumen
Tingkat
Nisbah Profit Margin
Profit Margin
Biaya
Produsen
5,4
27.000
5.000
Pedagang
6,19
  8.153
3.847
Total
190,47
35.153
8.847







5.1.5 Perhitungan Share Setiap Fungsi
a.       Share Petani =  32.000/44.000= 72,72 %

b.      Share Biaya = 3.847/ 44.000-32.000 = 32, 06  %
  

c.       Share Profit =  35.153/44.000-32.000= 292,94 %

d.      Share Profit Pedagang Pengumpul
= 3270/44.000-32.000 x100%
= 27, 25 %
e.       Share Profit Pedagang Besar
=3670/44.000-32.000
= 30,58 %
f.       Share Profit Pedagang Pengecer
= 1213/44.000-32.000 x100%
= 10, 10 %
5.1.6  Perhitungan   Margin
Marketing Margin       = Harga di konsumen (Pr) harga di produsen ( Pf )
= Rp. 44.000 – Rp. 32.000
= Rp. 12.000



5.1.7 Perhitungan Efisiensi
g.      E  = Ap + p/B++p
    = 27000 + 8153/ 5000+3847
    =  3,97  ( Efisien )
Keterangan :
A         = Keuntungan Produsen
AP      = Keuntungan Lembaga Tataniaga
B       = Ongkos Tataniaga
+p        = Ongkos Yang dikeluarkan Produsen
5.1.8 Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga
Etr = 1/b X pf/pr dimana , bi = xi.yi/Xi^2
Bi  = 32.000x44000/32000X32000
    
     = 1, 375
Maka, Nj   =1/1,375  x 32.000/44.000
                  = 32.000/60.500  = 0,528
Keterangan :
            Etr       = Elastisitas Transmisi Harga
            Pr         = Harga di Tingkat Retailer
            Pf        = Harga di Tingkat Nelayan
5.2 Pembahasan
Dari hasil perhitungan price spreads di atas didapat bahwa harga ikan kakap di tingkat petani produsen adalah sebesar Rp 32.000/kg. biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi ikan kakap yaitu sebesar Rp 5.000/kg yang meliputi biaya umpan sebesar Rp. 1.000/kg/orang, biaya sewa kapal sebesar Rp. 4000/kg. Biaya tersebut diperoleh dari hasil perhitungan yang dibebankan kepada 20 orang dengan hasil tangkapan pada saat kami datang adalah 50 kg selama 2 hari. Adapun hasil tangkapan tersebut terdiri dari ikan kakap dan ikan lainnya, sedangkan harga ditingkat konsumen adalah Rp 35.000/kg, sehingga didapat share petani sebesar 72, 72%. Jika dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh middleman mulai dari produsen sampai ke konsumen jumlah ini tergolong relative besar. Dimana share pedagang pengumpul adalah 84,09%, share pedagang Besar adalah 22,48% dan share pedagang pengecer adalah  95,45%. Dari hasil di atas maka diperoleh share terbesar pada pedagang pengecer.

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam hal ini nelayan masih sangat diuntungkan dimana nelayan masih bisa menutupi biaya yang dikeluarkan. Namun, perlu diketahui bahwa keuntungan tersebut tidak diperoleh setiap mereka melaut. Dengan keuntungan yang lebih besar, mereka dapat menggunakannya di kemudian hari jika tidak memperoleh hasil tangkapan. Secara aktual, dapat dikatakan bahwa jumlah yang diperoleh tersebut tidak sebesar keuntungan yang diperoleh pelaku tata niaga ynag lainnya. Akan tetapi, ikan kakap yang diusahakan nelayan masih tergolong sangat potensial.
Dari hasil perhitungan price spreads didapat nilai nisbah marjin keuntungan produsen adalah sebesar 5,4 , nisbah marjin keuntungan pedagang pengumpul 1,89 , nisbah marjin keuntungan pedagang besar 2,76 dan nisbah marjin keuntungan pedagang eceran (retailer) adalah sebesar 1,54. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nisbah marjin keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran, dan perbedaan tersebut menyebabkan tidak meratanya tingkat kepuasan dan profit antar lembaga pemasaran.

Nisbah marjin keuntungan terbesar dari jalur tata niaga ikan kakap yang dilakukan di desa Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batubara didapat oleh nelayan yaitu sebesar 5,4. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang terbesar sesungguhnya dimiliki oleh nelayan. Namun, perlu ditegaskan sekali lagi, secara aktual profit terbesar adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengumpulkan berbagai macam ikan dengan harga yang berbeda dan jumlah yang sangat banyak.

Biaya yang dikeluarkan untuk es balok merupakan hal yang wajib bagi pedagang pengumpul. Es ini digunakan untuk membuat ikan tetap segar bersamaan disimpan didalam fiber. Selama pengiriman ke tempat tujuan, ikan akan tetap segar karena diberi es. Hal ini untui mengurangi biaya marketing loss komoditi tersebut.

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh share petani sebesar 72,72 %, share biaya 30, 808  % dan share profit sebesar 292,94 %. Sedangkan share profit pedagang pengumpul 27, 25 %, share profit pedagang besar 30,58 %, dan share profit pedagang pengecer sebesar 10, 10 %. Sehingga terlihat share profit terbesar adalah share profit pedagang pengumpul. Dari perhitungan di atas diperoleh Nilai efisiensi sebesar 4,04 , dengan ketentuan  nilai efisiensi > 1, maka jalur tatniaga ikan kakap yang dilakukan di Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara tersebut tergolong efisien dan layak diusahakan.

Nilai elastisitas transmisi harga yang diperoleh adalah sebesar 0,528. Elastisitas transmisi harga (Nj) adalah perubahan harga ditingkat konsumen akibat persentase perubahan harga ditingkat produsen. Jadi, Perubahan di tingkat konsumen adalah 52,8 %  dari harga semula jika harga di tingkat konsumen berubah sebesar 0,528.
























BAB VI
RENCANA UNTUK PERBAIKAN

6.1 Kebijaksanaan Pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Kepala Desa bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Kondisi jumlah nelayan yang begitu besar tidak didukung dengan ketersediaan alat tangkap dan armada penangkapan yang baik. Kurangnya sosialisasi antara masyarakat nelayan dan pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat nelayan. Kurangnya pemahaman nelayan tentang kebijakan pemerintah mengenai teknis penangkapan, pemasaran, budidaya dan industri pengolahan.

Kabupaten Batubara adalah salah satu sentra produksi hasil laut di Sumatera Utara. Kabupaten yang berdiri sejak 7 tahun lalu ini, terus mengalami perubahan. Ikan Kakap termasuk hasil dengan kualitas baik dan telah di ekspor ke luar negeri. Kebijaksanaan dari pemerintah yaitu dengan melakukan :
1.      Penyediaan infrastruktur yang memadai seperti tempat pelelangan ikan , jalan dan pasar yang mudah dijangkau serta pelabuhan setempat
2.      Pengembangan lembaga keuangan (seperti koperasi) yang berorientasi kepada benefit. Melaui program ini diharapkan nelayan dapat meminjam uang tanpa harus menmbayar dengan bungan yang sangat tinggi
3.      Kerjasama dengan pedagang pengumpul dalam hal kualitas sehingga diperoleh ikan kakap yang layak ekspor.
6.2 Program yang harus Dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian jalur tataniaga ikan kakap di Kabupaten Batubara, maka program yang harus dilakukan adalah membangun sentra penjualan ikan dan menyediakan lembaga keuangan di daerah. Sehingga, apa yang terjadi selama ini adalah nelayan harus menjual kepada “seorang juragan” yang berorientasi pada profit sebelah pihak saja. Selain itu, pengolahan ikan kakap (industri hilir) perlu diterapkan agar produk dapat bertahan lama dan lebih variatif.

6.3 Lembaga/ Institution
Program yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan adalah melalui perbaikan lembaga yang ada seperti lembaga keuangan atau lembaga pemerintahan setempat. Industri hilir dapat dicapai melalui investor untuk melakukan pembangunan produk hilir ikan kakap yang lebih variatif. Untuk itu, dibutuhkan hubungan yang sinergis antar lembaga untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan di daerah ini.

6.4 Fasilitas
Kabupaten Batubara merupakan kabupaten yang masih berumur 7 tahun. Banyak sekali fasilitas yang harus dipenuhi untuk memajukan kabupaten ini. Tugas besar pemerintah adalah dalam memenuhi fasilitas yang masih dibutuhkan agar lebih baik lagi. Sebaiknya, program yang telah disarankan agar dibangun didaerah tersebut yakni di desa Tanjung Tiram. Dengan segera mensahkan sebagai pelabuhan internasional tentu saja banyak fasilitas yang harus diperbaiki. Misalnya standarsisasi pelabuhan, kapal yang beroperasi, tempat pelelangan ikan, sarana dan prasarana. Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar proses tataniaga dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalulintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Akses masuk melalui Desa Seibajangkar harus lebih diperhatikan.

Ads Inside Post